Hi! Just got back from the movie, watched most anticipated movie this month (according to me of course.. :)), Perahu Kertas! Yup, jujur aja, film ini termasuk film yg saya nanti-nantikan. Why? Pertama, it's because I'm a die hard fans of ALL Dee's book. And this movie is an adaptation from her same titled book. Kedua, Perahu Kertas itu kaya sebuah dunia nyata bagi saya dimana semua karakter-karakternya seperti saya kenal sebagai teman baik. If you read the book, you'll know what I'm talking about. That book is so real. So, there's no way I'm missing the movie. Wong nonton trailernya aja saya udah nangis terharu ketika melihat tokoh-tokoh di buku itu menjadi nyata. So, di tanggal 16 Agustus ini, di hari dimana Perahu Kertas pertama kali tayang di bioskop untuk umum, saya menontonnya. Dan setelah menontonnya, gatel rasanya ingin sedikit berkomentar mengenai film tersebut :)
Well, let's begin..
Perahu Kertas adalah sebuah cerita mengenai kehidupan 2 anak manusia
dengan mimpinya masing-masing yang pada satu kesempatan bertemu lalu mulai menjalin persahabatan. Mereka adalah Kugy dan Keenan.
Kugy si pemimpi yang bercita-cita menjadi juru dongeng dan Keenan sang
maestro yang sangat berbakat dalam melukis. Karena merasa memiliki persamaan, sama-sama mengejar mimpi, Kugy & Keenan pun mulai bersahabat dan saling mendukung. Tapi ditengah jalan, persahabatan mereka dan keyakinan mereka terhadap mimpi masing-masing diuji. Salah satu ujian muncul dari perasaan cinta yang mulai tumbuh diantara keduanya.
Film ini diadaptasi dari novel yang cukup tebal. Tidak heran bila akhirnya film ini terpecah menjadi 2 bagian. Bagian pertama yang barusan saya tonton dan bagian kedua di bulan Oktober nanti. Saya bisa memahami bahwa merangkum novel setebal 434 halaman dan menjadikannya film berdurasi 2-3 jam bukanlah hal yang mudah. Dari awal cerita saya sudah merasakan alur cerita yg terlalu cepat apabila dibandingkan dengan novelnya. Awalnya saya masih optimis bahwa hal itu memang diperlukan. Tapi pada akhir film saya sangat menyayangkan keputusan tersebut karena terasa sekali bahwa hubungan antara tokoh utama yaitu Kugy dan Keenan kurang terbangun. Padahal konflik antara mereka adalah salah satu pilar utama dalam cerita ini. Uniknya, hubungan antara Kugy-Keenan dengan tokoh-tokoh lain di cerita ini terbangun dengan sangat baik. Contohnya hubungan antara Keenan dan Luhde serta hubungan antara Kugy dan Remi. Mungkin ada baiknya jika porsi adegan Kugy-Keenan di awal film lebih banyak dan diisi dengan dialog-dialog yang menggambarkan bagaimana kedekatan mereka terbangun sehingga hubungan antara kedua tokoh ini menjadi cukup kuat untuk menopang cerita.
Tapi, selain pembangunan cerita antara Kugy dan Keenan yang kurang, masih banyak hal lain yang menjadi nilai tambah dalam film ini. Pertama, pemilihan casting yang sangat bagus. Aktor-aktor yang berperan disini sangat mewakili karakter dalam novelnya. Akting mereka pun cukup memuaskan. Dari mulai pemeran utama hingga pemeran pembantu, semua berhasil membawakan karakter masing-masing dengan baik. Especially Reza Rahardian as Remi. Kelas tinggi banget dah kualitas aktingnya. Mateng banget! Kedua, gambar-gambar yang indah. Untuk hal ini, jempol saya acungkan pada DOP yang mampu menghadirkan gambar-gambar indah namun tidak berlebihan ataupun terkesan sebagai lukisan semata. Ketiga, dialog yang mengalir dan tidak kaku, kecuali di bagian-bagian awal film. Apabila dibandingkan dengan film Indonesia lain, Perahu Kertas mampu menyajikan dialog yang nyaman didengar sekalipun diselipi kata-kata yang puitis. Keempat, setting yang indah dan sangat mendetail. Saya suka sekali dengan setting kost-kostan Kugi dan Noni, sahabat Kugy, setting kamar Kugy dan Keenan, setting kantor advertising milik Remi, setting Sakola Alit di alam terbuka, juga properti-properti pendukung cerita seperti miniatur dan jam tangan kura-kura ninja milik Kugy, poster-poster di tembok kamar Kugy, mobil-mobil tua milik Eko, Ayah Keenan dan Remi, baling-baling recycle di sekitar saung Sakola Alit, lampion-lampion di pesta ulang tahun Wanda, sepupu Noni, serta masih banyak lagi.
Secara keseluruhan, film ini sangat layak ditonton. Apalagi jika dibandingkan dengan sesama film Indonesia yang kurang menjaga mutu dan menganut paham 'yang penting laku'. Semoga film kedua bisa menghadirkan alur penceritaan yang lebih baik dan tetap menjaga hal-hal yang telah bagus digarap di film pertamanya.
Akhirnya, setelah penantian yang cukup panjang, Perahu Kertasku melaju di layar lebar... :) Thanks for making this beautiful story, Teh Dee. You totally rock! :)
No comments:
Post a Comment